Pagi telah menjelang, udara segar pagi di tempat kamp kami begitu segar. Masih jauh dari polusi kota yang begitu menjnuhkan suasana hati. Begitu selesai shalat shubuh kamipun bersiap untuk persiapan hari ini. Seperti biasa, persiapan makan pagi kami persiapkan untuk perjalanan hari ini. setelah makan pagi dan bersih bersih kamp, kamipun berangkat ke lokasi selanjutnya yaitu, bukit tantangan yang ketiga, yaitu Bulu Lasitae yang terkenal dengan kemistikannya.
Tepat berada pada bukit ketinggian 200 mdpl sebelah tenggara Bulu Lasitae, bila dianalogikan dengan payung, Bulu lasitae dengan ketinggian 434 mdpl merupakan ujung dari payung. bukit bukit yang disekitarnya merupakan bagian dari payung itu. Sepanjang perjalanan menuju Bulu Lasitae kami jumpai litologi sekis, dengan lereng yang terjal, namun kami melewati punggungan, sehingga cukup menghemat tenaga. Umumnya geologist melewati sungai untuk mendapatkan singkapat yang bagus dan fresh. Kondisi medan bebatuan, dan vegetasi yang tidak terlalu lebat. bang, tampaknya hari ini nggak terlalu buka jalur ya bang, heheheh. Kak werna bilang untuk selalu memperhatikan warna soil medan yang dilalui. Hal ini sangat penting di lakukan, karena geologis tentunya mencari batas, batas kontak batuan. Namun hal itu sangat sulit dilakukan, karena dilapangan sangat sulit menemukan kontak batuan, apalagi dengan soil yang tebal seperti daerah Indonesia, karena itu perubahan warna soil menjadi indikasi perubahan litologinya. Dan benar saja, sesaat setelah kami melewati soil berwarna kemerahan, kami menemukan bekas jalan tambang. disini kami menemukan singkapan batuan ultrabasa berupa peridotit. Dengan tebal soil mencapai 3 meter.
Peridotit merupakan salah batuan beku ultrabasa (batuan dengan sifat basa yang tinggi) yang terbentuk sebagai penyusun kerak samudra dari magma yang masih bersifat sangat basa. Hal itu disebabkan karena, belum adanya interaksi antara magma dengan batuan batuan permukaan yang dapat menyebabkan perbahan sifat basanya ini. magma yang keluar dari mantel bumi ini langsun membentuk dasar samudra. Kalau batuan ini terbentuknya di lantai samudra maka batuan ini ada kaitannya dengan sekis yang kami jumpai di sungai dengenge kemarin. Batuan ini tersingkap dengan bantuan kondisi tektonik berua pengangkatan lantai samudra. Akibat proses pengangkatan, terejadi sesar naik yang menyebabkan tersingkapnya batuan ini.Berdasarkan geologi regional daerah ini, batuan ultrabasa terbentuk pada zama Kapur. Umur batuan ini terlampau jauh dibandingkan dengan umur batugamping yang di sekitar bukit ini.
Oke bang, saatnya sampling dan plot lokasi lagi kan. perjalanan kami lanjutkan kembali, dengan kondisi medan yang dibilang relatif lebih santai dibandingkan dengan perjalanan kemarin. Sudah kurang lebih dua jam kami berjalan melewati medan berupa bebatuan tajam ultrabasa menuju puncak ketinggian 200 mdpl di bawah Lasitae. Tak terasa waktu menunjukan pukul 11.15, berdasarkan perencanaan kami seharusnya tiba sejam yang lalu di bukit ini. Wah artinya nggak jadi ya bang ke Lasitae, hehehehe. Tapi view puncak 200 mdpl ini cukup bagus untuk ormed, dan pengambilan data geomorfologi. Dari sini sudah bisa kelihatan bukit Salebbi yang kami lewati kemarin dan Bulu Palakka yang akan kami lalui hari ini.
Wahh, B Palakkanya ternyata juga bukit yang botak ya bang. Artinya bisa dipastikan kondisi medan yang kami lalui adalah medan berupa ultrabasa hingga sampainya di B Palakka. setelah ormed sejenak, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Bulu Palakka dengan melewati medan berupa jalan-jalan tambang. Sempat terfikirkan untuk langsung memotong melewati sungai, tetapi efektifitas waktu sangat tidak memungkinkan, jadi kami memutuskan untuk tetap melewati jalan-jalan tambang ini. Hampir satu jam kami melewati jalan tambang ini dan kami pun tiba di Bulu Palakka pukul 12.30. Ternyata sesuai prediksi, Bukit ini tersusun oleh litologi berupa peridotit dan banyak dijumpai mineral-mineral serpentin pada batuannya. Dengan kondisi soil yang lebih tebal dibandingkan dengan bukit 200 mdpl tadi. Daerah ini telah lama dimanfaat sebagai daerah tambang kromit. Kromit merupakan salah satu endapan mineral yang biasa dijumpai pada daerah-daerah ultrabasa. Jalan-jalan tambang ini konon dibangun oleh jepang untuk keperluan pertambangan kromit. kromit digunalan untuk bahan baku pembuatan alat-alat perang dimasa itu. Namun jumlahnya yang semakin menipis, dan kurangnya pencarian daerah-daerah baru pertambangan, menyebabkan tambang ini sudah lama tidak beraktifitas seperti biasanya.
Lama juga kami berjalan melewati medan seperti ini, ternyata setelah dipikir lagi melewati sungai memang lebih bagus bagi seorang geologis untuk mendapatkan variasi litologi seperti perjalanan kami kemarin. Melewati medan yang monoton begini, dengan kondisi panas terik matahari, dan kurangnya vegetasi menyebabkan dehidrasi yang berlebihan bagi peserta operasi. Namun sungai yang berasal dari bukit ultrabasa sangat berbahaya bila sering dikonsumsi. Hal ini berkaitan dengan kandungan unsur-unsur logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatann, yang katanya dapat menyebabkan kanker. Tapi karena ini salah satu kondisi survival, dimana kondisi air sudah kosong, maka air gully ultrabasa adalah solusinya. Ambil airnya jangan terlalu banyak bang, kanker ki nanti itu .
Perjalanan kami lanjutakan kembali melewati jalan-jalan tambang ini, beberala menit kemudian setelah menuruni bukut ini, kami menjumpai soil yang berwarna kehitaman, beberapa lama kemudian kami jumpai singkapan batugamping dengan ciri litologi yang kurang lebih sama dengan batugamping yang kami jumpai di hari pertama perjalanan kami. Batugamping merupakan batuan yang terbentuk pada lingkungan laut dangkal dimana terendapkan material-material yang didominasi oleh material karbonatan. Sepanjang perjalanan kami melewati lantai samudra, sekarang kami berada di lingkungan laut dangkal yang berdekatan dengan daratan. Begitulah analogi lingkungan pengendapan berdasarkan jenis batuan yang kami jumpai pada perjalanan kami.
Peristiwa besar telah terjadi selama masa Eosen Miosesn, yang menyebabkan terangkatnya dasar sulawesi ini menjadi daratan. Bila dibandingkan dengan umur manusia yang hanya beberapa ribu tahun lamanya, peristiwa ini telah terjadi berkali-kali lipatnya umur manusia pertama di dunia ini. Bukit-bukit daerah ini menjadi saksi sejarah terangkatnya sulawesi mejadi daratan, yang menyaksikan berbagai peristiwa kehidupan hewan-hewan purba, dan berbagai aktifitas manusia hingga sekarang ini. saya kembali melihat Bulu lasitae di belakang kami. Bukit ini seakan akan tertawa melihat tingkah laku manusia yang begitu sombong dengan tingkahnya. Padahal bila dilihat dari silsilah terjadinya kehidupan, manusialah yang baru dilahirkan di akhir zaman dalam skala geologi. Namun lihatlah mereka sekarang ini, dengan akal dan pemikiran yang mereka dapatkan dari Sang Pencipta, mereka telah membangun berbagai peradaban di bumi ini dan mengambil hasil tambang untuk kebutuhan mereka.
Perjalanan membawa kami ke desa Palakka, melewati sawah-sawah yang sudah mengering akibat musim kemarau, dan sampailah kami di rumah penduduk disini. Duduk istirahat sejenak dan menyapa warga setempat. Warga di daerah ini begitu ramah terhadap orang-orang yang mereka temui. Kebanyakan daerah Barru masih menggunakan bahasa bugis untuk komunikasi sehari-hari. Saya begitu kurang mengerti yang warga katakan, tetapi pemilik rumah sudah mengerti kondisi kami yang kehausan sepanjang perjalanan, dan langsung memberi kami air yang dingin. wahhh segar bang.
Trus gmana nih bang klo mau ke kampus lapangannya lagi, masa jalan kaki sepanjang jalan raya hingga ke kampus lapangan. bisa terbakar kaki ini bang. Jarak kampus lapangan dengan posisi terakhir kami masih sangat jauh, kurang lebih dua jam perjalaan bisa dengan perjalanan normal. Solusinya adalah dengan mnggunakan kendaraan tumpangan yang lewat. Wah unik juga cara ini, ini adalah pengalaman pertama saya untuk meminta kendaraan memberikan tumpangan. bang kok kita seperti anak jalanan gitu yah, hehehe. Tapi saya terkejut dengan cerita kak ilmi tentang perjalanannya tiap hari melewati jalan ini dari kampus lapangan. what the hell are talking to me. hahaha ternyata lokasi pemetaan individu saat kuliah lapangan geologi disekitar sini, jadinya ya harus berjalan kaki untuk sampai ke lokasi ini. Kenapa nggak naik mobil saja kak? Ternyata juga perserta kuliha lapangan atau disingkat kulap tidak boleh menaiki kendaraan sampai batas titik lokasi tertentu. artinya ada semacam terminal tempat peserta bisa naik mobil dan tidak boleh naik motor. Jadi peserta harus tiba di terminal itu sebelum bisa naik kendaraan menuju lokasi kulap. O iya mengenai kulap nanti insya Allah akan saya bahas pada postingan lain. Untuk daerah ini sebenrnya adalah daerah yang aman untuk naik kendaraan, tetapi karena minimnya kendaraan untuk daerah sebelah utara kampus lapangan, terpaksa peserta harus berjalan kaki tambahan untuk sampai ke lokasi nya. Kami akhirnya dapat satu mobil setelah kesekian kalinya mencoba mencari tumpangan mobil, akhirnya selamat bang. Kebetulan ada ka Odin yang kebetulan lewat jalan ini. Tapnpa ditanya ka Odin langsung mengerti klo rombongan lagi butuh tumpangan. Ka Odin ini adalah penjaga resmi kampus lapangan geologi di daccipong, dia adalah warga disini. Tapi masih kurang juga bang, untung lagi lagi masih ada satu motor yang mau kasih kami tumpangan menuju kampus lapangan. heeheh, maaf ya bang pemilik motor kami sudah merepotkan. Ternyata benar kata kakak-kakak tentang perjalanan kaki mereka, jauh juga perjalanan mereka dari kampus lapangan ke lokasi ini. kurang lebih setengah jam baru kami sampai di kampus lapangan, itupun sudah balap
Akhirnya kami sampai dikampus lapangan dengan selamat sekitar pukul 15.00, makasih bang tumpangannya. Kampi langsung mempersiapkan diri untuk langsung menuju ke Tamalanrea, Makassar. Setelah selesai bersih bersih kami kami kami berdoa sebelum keberangkatan kami ke Makassar. Kami tiba di Makassar selesai shalat Maghrib. Banyak juga yang kami dapatkan setelah operasi tima tugu Satuan Komando Lapangan HMG FT-UH kali ini. Pengambilan data lapangan, kemampuan manajemen, persiapan yang matang, interpretasi data geologi, dan beberapa pengetahuan tentang kulap nantinya. Sampai ketemu dalam Operasi Operasi selanjutnya.